Senin, 11 Februari 2019

New Book Release on February 2019

Judul: The Trajectory of Middle Class Muslim in Southeast Asia (Edisi Revisi)
Penulis: Abdur Rozaki, Bayu Mitra A. Kusuma et al.
Penerbit: ISAIs UIN Sunan Kalijaga, FEM UPM, dan ISWU
Cetakan: Februari 2019 (Kedua)
Tebal: xiv + 157 hlm
Kota Terbit: Yogyakarta
Bahasa: Inggris
ISBN: 978-602-6733-28-0


Perbedaan ekspresi keagamaan sering dikaitkan dengan latar belakang struktur atau kelas sosial. Struktur atau kelas sosial dipandang selalu mempengaruhi bagaimana pola pikir, aturan, sumber pengetahuan, dan pola perilaku seseorang melalui proses sosialisasi. Perbedaan kelas dalam struktur sosial tersebut selanjutnya menciptakan ekspresi keagamaan yang beragam untuk ditampilkan sebagai simbol eksistensi di ruang publik, dalam hal ini masyarakat kelas bawah dipandang memiliki ekspresi keagamaan yang berbeda dengan kelas menengah. Selain disparitas kelas, ekspresi tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat di masing-masing wilayah. Dalam ruang diversifikasi ekspresi keberagamaan, penting untuk melihat lebih jauh peran kelas menengah muslim dalam mengkonstruksi ekspresi keagamaan di ruang publik negara-negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Atau dengan kata lain pertautan Islam dengan kelas menengah yang saling berkelindan menjadi sangat penting untuk dikaji, karena hadirnya pola kesadaran kelas atas kepemilikan akses, modal, dan kekuatan dalam mengkonstruksi trajektori sosial. Di tangan mereka, Islam bukan lagi sekedar kumpulan nilai namun juga menjadi legitimasi dalam pergaulan, image branding, self performance, dan self marketing, baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, maupun kelompok dalam memproyeksikan identitas keagamaan di ruang publik.

Senin, 31 Desember 2018

New Book Chapter Release on December 2017

Bab: Melawan Asimilasi Budaya: Bahasa Melayu Sebagai Basis Perlawanan Sosial dan Politik Identitas di Thailand Selatan
Penulis: Bayu Mitra A. Kusuma dan Theresia Octastefani
Judul: Sastra dan Perkembangan Media
Editor: Novi Anoegrajekti et al.
Penerbit: Ombak dan FIB UNEJ
Cetakan: Desember 2018
Tebal: xvi + 911 hlm
Kota Terbit: Yogyakarta
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-258-507-7
     

Thailand adalah sebuah negara monarki di Mainland Asia berpenduduk mayoritas etnis Thai beragama Budha dan sebagian kecil etnis Melayu beragama Islam. Pada umumnya, Melayu Muslim di Thailand tinggal di wilayah selatan atau eks Kesultanan Patani Raya. Sebagai kelompok minoritas, Melayu Muslim di Thailand dalam catatan sejarahnya kerap mendapatkan diskriminasi di berbagai aspek. Salah satu bentuk diskriminasi terberat adalah kebijakan asimilasi budaya yang diterapkan secara paksa sejak rezim Jenderal Phibul Songkhram, dimana dalam kebijakan tersebut Thai Budha ditetapkan sebagai budaya dan identitas tunggal. Kebijakan tersebut membawa konsekwensi berupa larangan penggunaan nama, bahasa, dan identitas Melayu lainnya. Bahkan Bahasa Melayu dilarang digunakan terutama di sektor formal seperti bahasa pengantar sekolah dan instansi pemerintah. Kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat Melayu Muslim melakukan perlawanan sosial yang kemudian direspon secara represif oleh pemerintah hingga menimbulkan konflik berkepanjangan. Situasi tersebut tak berubah hingga rezim Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang juga mengeluarkan statement menyudutkan penggunaan bahasa Melayu. Dalam konflik tersebut, Melayu Muslim bukan hanya menggunakan bahasa sebagai sarana perlawanan sosial, namun juga sebagai simbol politik identitas untuk menunjukkan eksistensi bahwa mereka tetap mampu bertahan di tengah berbagai tekanan

Senin, 05 November 2018

New Book Release on November 2018

Judul: Jemaat Ahmadiyah Indonesia: Konflik, Kebangsaan, dan Kemanusiaan
Penulis: Muhammad Said et al.
Editor: Bayu Mitra A. Kusuma
Penerbit: ISAIs UIN Sunan Kalijaga
Cetakan: November 2018
Tebal: xvi + 304 hlm
Kota Terbit: Yogyakarta
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-0708-00-3
     

Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) merupakan kelompok Muslim yang telah berkembang cukup lama di kawasan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Pada masa revolusi kemerdekaan, mereka turut bersama dengan kelompok Islam lainnya menentang kolonialisme dan berpartisipasi aktif dalam perjuangan mewujudkan kemerdekaan. JAI pada masa itu masih dianggap sebagai elemen kebangsaan dalam kehidupan masyarakat dan berinteraksi secara harmonis dengan kelompok Islam lainnya. Di awal kemerdekaan, JAI juga masih dipandang menjadi bagian integral umat Islam dan hidup secara berdampingan tanpa adanya konflik. Bersamaan dengan runtuhnya Orde Baru, Islam transnasional mulai menguat dan secara perlahan sikap keagamaan sebagian kalangan Muslim cenderung konservatif. Situasi ini kemudian mendorong munculnya stigma negatif terhadap JAI yang kemudian memicu lahirnya diskriminasi dan tindak kekerasan. Terlepas dari berbagai konflik yang terjadi, JAI terus berupaya memberikan kontribusi positif pada kebangsaan dan kemanusiaan. Oleh sebab itu, menjadi sangat penting mengangkat kembali narasi positif tersebut ke ranah publik agar masyarakat menerima informasi yang komprehensif dan berimbang tentang JAI, sehingga menumbuhkan pemahaman yang lebih terbuka, bukan sekedar prasangka.

Selasa, 03 April 2018

Journal Article Review: IKAT 1(1) 2017

Judul: Islam, Asymmetric Policy, and Social Conflicts: The State’s Role as a Root of Radicalism in the Philippines and Thailand
Jurnal: IKAT: The Indonesian Journal of Southeast Asian Studies Vol.1 No.1  
Penulis: Bayu Mitra A. Kusuma
Penerbit: CESASS UGM
Cetakan: Juli 2017
Halaman: 33-46
Bahasa: Inggris
E-ISSN: 2597-9817 
    

Radikalisme telah menjadi problem serius yang dihadapi oleh berbagai negara, tak terkecuali di Asia Tenggara. Salah satu faktor pemicunya adalah pemahaman agama dengan cara ekstrem, yang selanjutnya memunculkan anggapan bahwa pihak lain yang tak sepemahaman adalah salah dan kekerasan merupakan cara yang sah untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi ini kerap terjadi karena manusia diciptakan memiliki rasa cinta terhadap garis keturunan atau golongan dan naluri agresif dari animal power dalam diri. Pemahaman ekstrem tersebut mengakibatkan munculnya konflik bernuansa agama, dimana dalam realitanya konflik agama khususnya yang melibatkan Islam di Asia Tenggara kerap dipengaruhi oleh kebijakan asimetris yang diterapkan oleh rezim penguasa. Oleh karena itu kajian ini akan menelusuri peran negara sebagai akar radikalisme dalam dinamika relasi Islam dan kebijakan asimetris yang selanjutnya memunculkan konflik sosial di Asia Tenggara dengan fokus wilayah selatan Filipina dan Thailand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya radikalisme di Filipina disebabkan oleh konflik sosial akibat manipulasi penguasa pada kebijakan terhadap otonomi khusus di wilayah mayoritas Muslim. Sedangkan radikalisme di Thailand dipicu oleh konflik sosial yang diakibatkan adanya kebijakan asimilasi budaya yang dipaksakan penguasa kepada komunitas Muslim.

Senin, 02 April 2018

Journal Article Review: al-Balagh 2(1) 2017

Judul: Negosiasi Dakwah dan Politik Praktis: Membaca Orientasi Organisasi Sayap Keagamaan Islam pada Partai Nasionalis
Jurnal: al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol.2 No.1  
Penulis: Bayu Mitra A. Kusuma dan Theresia Octastefani
Penerbit: IAIN Surakarta
Cetakan: Juni 2017
Halaman: 1-24
Bahasa: Indonesia
E-ISSN: 2527-5682
    

Islam adalah agama dakwah yang di dalamnya terdapat usaha untuk menyebarluaskan kebenarannya. Namun di sisi lain Islam juga merupakan agama politik yang sering kali dipakai sebagai basis ideologi dan perjuangan di era demokrasi yang menjunjung tinggi konstitusi. Saat ini umat Islam memiliki berbagai saluran politik melalui partai politik bercorak Islam. Namun masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda meskipun sama-sama mencitrakan dirinya sebagai partai dakwah atau rumah politik umat Islam Indonesia. Dalam dinamikanya, perilaku politik dengan menggunakan simbol dan pelabelan dakwah ternyata juga dilakukan oleh partai-partai bergenealogi nasionalis, seperti Partai Demokrasi Indonesia - Perjuangan, Partai Golongan Karya, dan Partai Demokrat melalui organisasi sayap keagamaan Islam. Salah satu kasus teraktual yang dapat kita jadikan rujukan adalah pemilihan gubernur DKI Jakarta. Fenomena tersebut adalah bukti otentik bahwa terjadi negosiasi antara dakwah dan politik praktis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agendaagenda dakwah yang diselenggarakan lebih cenderung dilakukan secara insidental menyesuaikan dengan konstelasi politik yang mereka hadapi dan hanya dioptimalkan menjelang saat-saat penting dalam kalender politik seperti pemilu kepala daerah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orientasi dari sayap keagamaan Islam partai politik bergenealogi nasionalis lebih pada dakwah politik dibandingkan dengan politik dakwah, sehingga dalam negosisasi dakwah dan politik praktis maka aspek politik lebih diuntungkan dibandingkan dengan aspek dakwah.

Sabtu, 17 Februari 2018

New Book Release on February 2018

Judul: Mozaik Islam dan Manajemen Kinerja
Editor: Bayu Mitra A. Kusuma dan Ihsan Rahmat
Penerbit: Samudra Biru dan MD UIN Sunan Kalijaga
Cetakan: Februari 2018
Tebal: xviii + 214 hlm
Kota Terbit: Yogyakarta
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-5610-35-6

    
Sumber daya manusia Islam di Indonesia seakan sudah sangat terbiasa berpandangan sebagaimana cara kerja organisasi barat tanpa disertai adaptasi dengan lokalitas. Meminjam istilah fiqh, kebiasaan tersebut memupuk perangai taqlid dan mengendorkan ijtihad. Buku ini merupakan ikhtiar untuk menggali lebih dalam ide dan praktik dinamika Islam dan manajemen kinerja di Indonesia yang dituangkan dalam lima bab. Dimulai dengan bab pertama yang mengkaji manajemen kinerja pada organisasi kemasyarakatan Islam atau dakwah, dilanjutkan berturut-turut sajian kajian tentang interkoneksi Islam dan kinerja dengan sektor pendidikan, ekonomi dan bisnis, sosial budaya, dan politik pemerintahan. Meski buku ini tidak akan menjawab tuntas problematika dalam dinamika Islam dan manajemen kinerja, namun kehadiran buku ini diharapkan dapat menjadi pemantik diskursus yang lebih luas atau membuka pikiran sarjana Islam yang ada di Indonesia untuk giat menelaah manajemen dari perspektif Islam. Mengingat sangat minim atau hampir tidak ada sumber referensi relevan yang dapat dirujuk oleh para akademisi dan praktisi. Dengan adanya pendekatan Islam dan lokalitas, maka diharapkan indigenous management dapat terwujud serta mozaik Islam dan manajemen kinerja akan terkumpul menjadi komponen yang utuh. 

Rabu, 14 Februari 2018

New Book Release on November 2017

Judul: Dakwah Milenial: Dari Kajian Doktrinal Menuju Transformasi Sosial
Editor: Ahmad Izudin dan Bayu Mitra A. Kusuma
Penerbit: Samudra Biru dan PSDT UIN Sunan Kalijaga
Cetakan: November 2017
Tebal: xiv + 241 hlm
Kota Terbit: Yogyakarta
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-6295-97-2

    
Tri dharma memang suatu keharusan yang mutlak dilaksanakan oleh akademisi di lingkungan institusi pendidikan tinggi. Dalam rangka mendukung tri darma ini, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terus berbenah dan mengembangkan keilmuan fakultatif. Salah satunya dengan lahirnya karya dari para dosen ini. Kumpulan tulisan yang diinisiasi oleh Pusat Studi Dakwah dan Transformasi (PSDT) ini, adalah bentuk nyata dari proses tri darma, karena dengan lahirnya sebuah gagasan dan ide kebaruan dari rumpun da’wah studies, selain memberikan perspektif baru dalam memandang dakwah di era milenial, juga menjadi kerangka acuan pengembangan pembelajaran yang harapannya mampu diaplikasikan secara nyata kepada mahasiswa dan masyarakat. Seiring perkembangan globalisasi yang tidak dapat di tepis ini, kebaruan dalam merekonstruksi berpikir secara naratif dan kontekstual, da’wah studies harus mampu menjawab tantangan zaman. Terlebih fenomena sosio-religious yang tampak dihadapan kita, masih menyisakan persoalan yang saya pikir, harus segera dapat jawaban dan formulasi baru untuk menyelesaikan problematika tersebut. Untuk itu, saya mengapresiasi lahirnya buku Antologi ini, sebagai bagian dari dealektika akademis kampus, yang harapannya dapat memberikan kontribusi nyata di masyarakat.