Senin, 31 Desember 2018

New Book Chapter Release on December 2017

Bab: Melawan Asimilasi Budaya: Bahasa Melayu Sebagai Basis Perlawanan Sosial dan Politik Identitas di Thailand Selatan
Penulis: Bayu Mitra A. Kusuma dan Theresia Octastefani
Judul: Sastra dan Perkembangan Media
Editor: Novi Anoegrajekti et al.
Penerbit: Ombak dan FIB UNEJ
Cetakan: Desember 2018
Tebal: xvi + 911 hlm
Kota Terbit: Yogyakarta
Bahasa: Indonesia
ISBN: 978-602-258-507-7
     

Thailand adalah sebuah negara monarki di Mainland Asia berpenduduk mayoritas etnis Thai beragama Budha dan sebagian kecil etnis Melayu beragama Islam. Pada umumnya, Melayu Muslim di Thailand tinggal di wilayah selatan atau eks Kesultanan Patani Raya. Sebagai kelompok minoritas, Melayu Muslim di Thailand dalam catatan sejarahnya kerap mendapatkan diskriminasi di berbagai aspek. Salah satu bentuk diskriminasi terberat adalah kebijakan asimilasi budaya yang diterapkan secara paksa sejak rezim Jenderal Phibul Songkhram, dimana dalam kebijakan tersebut Thai Budha ditetapkan sebagai budaya dan identitas tunggal. Kebijakan tersebut membawa konsekwensi berupa larangan penggunaan nama, bahasa, dan identitas Melayu lainnya. Bahkan Bahasa Melayu dilarang digunakan terutama di sektor formal seperti bahasa pengantar sekolah dan instansi pemerintah. Kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat Melayu Muslim melakukan perlawanan sosial yang kemudian direspon secara represif oleh pemerintah hingga menimbulkan konflik berkepanjangan. Situasi tersebut tak berubah hingga rezim Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang juga mengeluarkan statement menyudutkan penggunaan bahasa Melayu. Dalam konflik tersebut, Melayu Muslim bukan hanya menggunakan bahasa sebagai sarana perlawanan sosial, namun juga sebagai simbol politik identitas untuk menunjukkan eksistensi bahwa mereka tetap mampu bertahan di tengah berbagai tekanan